Baca Bukumu, Jangan Gadgetmu !
Baca Bukumu,
jangan Gadgetmu !
Membaca adalah suatu aktivitas
sederhana yang bisa dilakukan oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun. Aktivitas
sederhana itu mempunyai segudang manfaat dan keuntungan bagi si pembaca. Membaca
tidak melulu harus buku pelajaran. Buku non fiksi, cerpen, komik,
artikel-artikel juga bisa menjadi pilihan untuk menjadi bahan bacaan.
Dalam islam membaca juga sangat
dianjurkan. Seperti dalam surat yang pertama diturunkan yaitu QS. Al-Alaq.
Karena pada zaman dahulu tidak ada manusia yang tahu tentang tulis menulis.
Lantas malaikat jibril datang dengan membawa wahyu. Lalu beliau memerintahkan
Nabi Muhammad SAW untuk membacanya, tetapi Nabi enggan membacanya. Beliau terus
mengatakan hal yang sama, sampai akhirnya beliau membacanya dan turunlah surat
Al-Alaq ayat 1.[1]
Pada zaman dulu hampir semua orang
membaca buku-buku, koran, majalah, komik dan kitab suci. Namun seiring dengan
berkembangnya teknologi, kini semua yang ingin orang-orang baca sudah ada
didalam genggaman, yaitu di gadget. Sebagian orang memilih membaca melalui
smartphone/gadget karena lebih praktis dan tidak membuang-buang waktu.
Sebenarnya aktivitas membaca sampai
saat ini masih banyak dilakukan oleh sebagian orang pada umumnya seperti pada
zaman dulu. Namun, yang membedakan adalah tema yang dibaca. Bila zaman dulu
sebagian orang cenderung membaca hal-hal yang bersifat nasional, bersejarah dan
fakta. Sedangkan saat ini kebanyakan orang lebih suka membaca tentang
berita-berita provokatif, dan berita-berita yang belum pasti kebenarannya.
Faktor yang menyebabkan bedanya pembaca zaman dulu dan sekarang sangat banyak,
salah satunya adalah era globalisasi.
Bagaimana cara mengembalikan
aktivitas membaca buku melalui buku bacaan? Memang membaca melalui gadget lebih
efesien dibandingkan membaca buku bacaan., karena bisa dilakukan dimanapun dan
kapanpun. Tetapi dampak yang ditimbulkan membaca melalui gadget sangat banyak.
Salah satunya adalah kepala menjadi pusing, mata kering, mata tegang. Efek
lainnya adalah seseorang yang sudah terlalu sering menatap gadget atau bahkan
sudah menajdi rutinitas, orang tersebut
cenderung menyendiri dan jarang berkomunikasi dengan orang lain.
Bagaimana cara mengembalikan budaya
baca melalui buku bacaan? Masalah ini bisa diatasi dengan adanya pelayanan BK
baik di sekolah maupun di masyarakat. Peran konselor disini harus mengubah mindset para
siswa atau masyarakat bahwa membaca melalui
gadget itu bisa mengganggu psikologi seseorang, karena orang yang kecanduan
gadget kebanyakan malah seperti orang yang autis.
Cara lain agar minat membaca buku
bacaan meningkat adalah dengan mengadakan tempat bacaan yang menarik. Hal itu
bisa menarik minat baca para masyarakat. Karena sebagian besar alasan orang
yang malas membaca buku bacaan adalah tidak adanya ketersediaan buku bacaan,
jadi mereka lebih memilih membaca melalui gadget. Karena praktis, ekonomis.
Membiasakan membaca sejak dini bisa
menjadi langkah awal agar minat baca para penerus bangsa tetap terjaga. Bicara
soal membiasakan, anak umur 6-12 tahun adalah usia yang tepat untuk membiasakan
sesuatu, termasuk minat baca. Memang bukan hal mudah untuk menanamkan minat
baca pada anak, tetapi hal ini harus dilakukan demi membangun generasi muda
yang berkualitas untuk Indonesia kedepannya.
0 komentar: