NIAT DALAM BELAJAR

00.19 Vivi Rinardi 0 Comments

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat-Nya sehingga makalah kami selesai tepat waktu. Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw., karena perjuangannya sehingga kita ummat Islam dapat menikmati zaman yang modern ini.
            Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mengalami hambatan. Namun hambatan dapat kami atasi  berkat arahan dan bimbingan dosen pengajar mata kuliah, dan kerjasama penulis, serta buku referensi yang ada.
            Dengan selesainya makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah terlibat dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi maksimalnya tugas kami kedepannya.






Yogyakarta, 8 Mei 2017
                                                                                            Penulis      


( Kelompok 3)




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
            Dalam belajar seorang penuntut ilmu harus memiliki niat yang bersih, karena berkahnya suatu ilmu tergantung pada niatnya. Seorang penuntut ilmu harus benar-benar memperbaiki niatnya dalam menuntut ilmu, agar ilmu yang dimiliki dapat berguna baik dunia maupun akhirat, baik untuk penuntut ilmu maupun orang lain.
            Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala). Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shalih dan ibadah.  Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah,yang membedakan antara ibadah dan kebiasaan rutinitas adalah niat.
            Dan pada salah satu sabda nabi Muhammad SAW yang berbunyi "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan" (Bukhari, muslim, ahmad, abu daud, ibnu majah, tirmidzi)

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Definisi Niat
2.      Bagaimanakah niatnya dalam belajar ?
3.      Bagaimanakah pentingnya niat dalam belajar ?

C.    TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan  rumusan masalah diatas, saya merumuskan tujuan penulisan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui niat dalam belajar.
2.      Untuk mengetahui pentingnya niat dalam belajar.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Niat
Menurut Ensiklopedia Islam niat secara bahasa artinya ‘al-qashdu‘ (keinginan atau tujuan), sedangkan makna secara istilah, yang dijelaskan oleh ulama Malikiah, adalah ‘keinginan seseorang dalam hatinya untuk melakukan sesuatu’.

B.     Niat dalam Belajar
Al-Zarnuji mengatakan niat adalah azas dari  segala perbuatan. Maka dari itu adalah wajib bagi pelajar untuk berniat dalam belajar. Beliau mengatakan: "Setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan belajar. Karena niat adalah pokok dari segala amal ibadah." Al-Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’alim berpendapat bahwa belajar adalah suatu pekerjaan, merupakan sebuah ibadah dan kewajiban, maka ia harus mempunya niat belajar dan niat belajar yang harus dimiliki oleh pelajar harus sesuai dengan tuntunan alqur’an dan sunnah.
Dalam kitab Ta’limul Muta’alimal Zarnuji menjelaskan pedoman niat belajar yang baik yang harus dimiliki oleh semua pelajar guna mendapatkan ilmu yang bermanfaat, beliau memaparkan sebagai berikut :
a.      Mencari Ridha Allah ‘Azza wa Jalla
Penuntut ilmu wajib niat sewaktu belajar. Sebab, niat itu merupakan pokok dalam segala perbuatan, berdasarkan sabda Nabi saw :

ثم لابد له من النية فى زمان تعلم العلم، إذ النية هى الأصل فى جميع الأفعال لقوله عليه السلام: إنما الأعمال (حديث صحيح). بالنيات

                  Artinya : “Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah niatnya” Hadits shahih.
            Hendaklah seseorang selalu menghiasi dirinya dengan akhlak mulia, yaitu memulai segala sesuatu dengan niat yang baik sebab dengan niat itu dapat menghantarkan pada pencapaian keberhasilan. Niat yang sungguh-sungguh dalam mencari ilmu adalah keridhaan Allah akan mendapatkan pahala. al-Zarnuji menekankan agar belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya, belajar sebagai perwujudan rasa syukur manusia sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan akal.
b.      Memperoleh kebahagiaan akhirat

عن رسول الله صلى الله عليه وسلم: كم من عمل يتصور بصورة عمل الدنيا، ثم يصير بحسن النية من أعمال الآخرة، وكم من عمل يتصور بصورة عمل الآخرة ثم يصير من أعمال الدنيا بسوء النية.
            Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadits : ”Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi amal akhirat yang karena buruk niatnya maka menjadi amal dunia.”
            Pelajar harus mendasarkan niat belajarnya dengan Husnunniyat (niat yang baik).  Al Zarnuji mendefinisikan amal akhirat adalah semua amal sekalipun itu amal duniawi tetapi dilandaskan pada niat akhirat maka amal yang akan dilaksanakan oleh seseorang itu termasuk amal akhirat. Nashirudin dalam menterjemahkan niat ”Al-Daral Akhirat” sebagi sebuah landasan untuk mendapatkan surga. Beliau mengatakan bahwa niat belajar juga harus memiliki niat untuk mengharapkan kebahagiaan akherat yang berupa syurga.


وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالة الجهل عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين وإبقاء الإسلام، فإن بقاء الإسلام بالعلم، والشكر على نعمة العقل، وصحة البدن, ولا ينوى به إقبال الناس عليه، ولا استجلاب حطام الدنيا، والكرامة عند السلطان وغيره, إلا إّذا طلب الجاه للأمر بالمعروف والنهى عن المنكر، وتنفيذ الحق، وإعزاز الدين لا لنفسه وهواه
                  Sebaiknya bagi penuntut ilmu dalam belajarnya berniat mencari Ridho Allah SWT, kebahagiaan akhirat, membasmi kebodohan diri sendiri dan sekalian orang-orang bodoh, mengembangkan agama dan mengabadikan islam, sedangkan berbuat zuhud dan  taqwa  itu tidak sah jika tanpa ilmu. Dan dalam menuntut ilmu hendaklah diniatkan juga untuk mensyukuri atas kenikmatan akal dan kesehatan badan. Hendaklah tidak niat mencari popularitas, tidak untuk mencari harta dunia, juga tidak berniat mencari kehormatan dimata penguasa dan semacamnya. Barang siapa telah menemukan lezatnya ilmu dan pengamalannya, maka kecil sekali kesukaannya terhadap apa yang ada di tangan sesama manusiaTetapi jikalau dalam meraih keagungan itu demi amar ma’ruf nahi munkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama bukan untuk keperluan hawa nafsu sendiri.

c.       Berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan kaum yang bodoh
            Manusia adalah mahluk dan semua mahluk adalah bodoh,  maka dikatakan oleh al Zarnuji  bahwa belajar itu bukan untuk mencari kepintaran dan kepandaian tetapi menghilangkan kebodohan dan ketidaktahuan yang ada dalam diri seseorang. Juga seorang wajib memberikan pencerahan ilmu dari apa yang telah ia miliki baik berupa ilmu itu sendiri maupun dari buah ilmu itu sendiri yang ebrupa amal. Seperti halnya seorang guru, dosen, pengajar, tutor memberikan pencerahan berupa ilmu dan nasehat nasehat kepada orang lain , dokter memberikan pengobatan kepada pasiennya, montir dengan jasanya, sopir memberikan manfaat ilmunya berupa mengemudi membantu orang lain dan berbagi contoh lainnya.

d.      Mengembangkan dan  melestarikan  Islam
            Niat belajar hendaknya didasarkan pada kemauan untuk senantiasa melestarikan  islam di bumi, konsep al Zarnuji membuktikan bahwa niat dalam belajar yang di sampaikan beliau memiliki orientasi yang luas, baik untuk pribadi, masyarakat, dan agama. Sebagaimana kutipan Syekh Burhanudin yang artinya:  Sungguh merupakan kehancuran yang besar seorang alim yang tak peduli, dan lebih parah dari itu seorang bodoh yang beribadah tanpa aturan, keduanya merupakan fitnah yang besar di alam semesta bagi orang-orang yang menjadikan keduanya sebagai pedoman.

e.       Mensyukuri nikmat akal dan badan yang sehat
            Orang yang pandai tetapi kependaiannya hanya untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain itu tidak berarti, begitu juga orang bodoh beribadah ibadahnya bisa batal atau ia akan mudah terjerumus ke aliran sesat.
            Oleh karena itu berniat untuk menysukuri nikmat akal dan badan berarti harus memiliki komitmen untuk memberikan manfaat atas ilmunya kepada sesama yang membutuhkan sehingga dapat merubah mayarakat disekeliling alim tersebut untuk menjadi masyarakat yang lebih baik dalam segi ibadah, sosial maupun muamalah.

f.       Tidak memiliki niat untuk mendapat kesohoran dari manusia
            Seperti penjabaran diatas, bahwa Niat itu seharusnya dituinjukkan untuk mendapat Ridho Allah SWT. Al Zarnuji dalam Kitab Ta’lim Muta’allim menyebutkan, beliau  tidak memperkenankan niat dalam mencari ilmu untuk mendapatkan harta banyak, penghormatan dari orang, dan sanjungan dari para petinggi atau pejabat, dan hal hal yang bersifat duniawi murni. Niat yang utama untuk pelajar adalah agar belajar  digunakan sebagai sarana mencari Ridha Allah, bukan untuk mendapatkan hal hal materi dan duniawi saja yang  selama ini menjadi orientasi keberhasilan  para pelajar zaman sekarang  yang bisa menjadikannya seseorang yang gila kehormatan atau jabatan.
-          Berikut Syair gubahan Syaikh Burhannuddin :

فـساد كـبير عـالم مـتهتـك # وأكـبر منه جاهل متنسك *

هما فتنة للعالمين عظيمة  # لمن بهما فى دينه يتمسك *

*Merupakan kerusakan yang parah seorang alimm yang lancang
bih parah darinya, orang bodoh yang pura - pura rajin ibadah

*Keduanya fitnah yang besar di alam semesta
Bagi orang yang berpedoman pada keduanya dalam urusan agama

-          Syaikh Imam Yang Mulia Al Ustadz Hammad bin Ibrahim bin Ismail As Shaffar Al Anshori mendendangkan syair gubahan Imam Abu Hanifah r.a. sbb :
من طلب العلم للمعاد # فاز بفضل من الرشاد

فـيالخسـران طالـبيـه # لـنيل فـضل من العباد

Barang siapa menuntut ilmu demi akhirat  # Berbahagialah dengan keunggulan Ar Rasyad.
Ah, betapa rugi penuntut ilmu    #  Demi sesuatu dari orang sesamamu.
Penuntut ilmu hendaklah memperhatikan hal-hal tersebut diatas, mengingat ia telah belajar dengan susah payah, maka jangan sampai membelokkan ilmunya tersebut demi kepentingan duniawi yang hina, kecil lagi fana itu.
-          Berikut untaian syair :

هى الـدنيا أقـل مـن الـقـليل #  وعاشقها أذل من الذليل

تصم بسحرها قوما وتعمى #  فـهم مـتخيرون بلا دليل

Dunia itu kecil, amatlah sedikit    # Pecintanya terhina, nan hina dina
Sihir dunia, membuat bangsa tuli dan buta # Mereka bingung, tidak tahu jalan kemana.

Orang berilmu hendaklah tidak mencemarkan dirinya sendiri dengan bersikap tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, dan hendaklah pula menjaga diri dari hal-hal yang menghinakan ilmu dan orang alim / ahli ilmu. Hendaklah bersikap tawadlu’ demikian juga sikap iffah, dan semua itu dapat dipelajari dalam kitab-kitab akhlaq.

 Syaikh Imam Ustadz Ruknuddin mendendangkan syair gubahan beliau sendiri

إن الـتواضـع مـن خـصـال المـتقى # وبه التقى إلى المـعالى يرتقى

ومن العجائب عجب من هو جاهل # فى حالة أهو السعيد أم الشقى

أم كـيـف يخــتم عـمـره أو روحــه # يوم الـنوى مـتسفل أو مرتقى

والـكـــبـريـاء لـربـنـا صــفـة به # مـخـصـوصة فتجـنبها واتقى

Sungguh, tata krama adalah sifat orang bertaqwa  # Ia pun membumbung tinggi dengan sifat ini
Ajaib sekali, orang yang tidak tahu kondisi sendiri # Bahagiakan nanti, atau celaka diri
Bagaimanakah pugkasan umurnya, saat tercabut nyawanya # Dihari kematian, dia terjatuh atau mulia.
Kebesaran itu sifat khusus bagi-Nya # Maka bertaqwalah kepada-Nya.

Berkata Imam Abu Hanifah r.a. kepada para sahabat beliau “besarkanlah putaran surbanmu dan longgarkanlah lengan bajumu”. Justru demikianlah beliau menganjurkan agar ilmu dan orang yang berilmu tidak lagi dipandang remeh.
C.     Pentingnya Niat Dalam Belajar
Di antara ibadah yang paling penting yang mudah mendekatkan seorang hamba pada Allah adalah tholabul ‘ilmi atau belajar ilmu agama. Sedangkan perkara yang amat penting yang perlu diperhatikan dan selalu dikoreksi adalah niat dalam belajar. Tidak ada kebaikan yang diperoleh jika seseorang ketika belajar malah ingin mencari ridho selain Allah. Oleh karena itu, para ulama sangat memperhatikan niatnya dalam belajar apakah sudah benar ataukah tidak karena jika tidak ikhlas, maka dapat mencacati ibadah yang mulia ini.
Sufyan bin ‘Uyainah pernah berkata, “Kami menuntut ilmu awalnya berniat mencari ridho selain Allah. Kemudian Allah tidak ingin jika niatan tersebut kepada selain-Nya.” Ulama salaf lainnya berkata “Kami awalnya dalam menuntut ilmu tidak punya niatan yang kuat. Kemudian Allah menganuriakan kami niat yang benar setelah itu”. Maksudnya, akhirnya niatan kami ikhlas karena Allah.
Syaikh ‘Abdus Salam Asy Syuwai’ir mengatakan bahwa ada tiga perkara yang mesti dipenuhi agar seseorang disebut memiliki niatan yang benar dalam menuntut ilmu.

Pertama : Menuntut ilmu diniatkan untuk beribadah kepada Allah dengan benar.
Kedua : Berniat dalam menuntut ilmu untuk mengajarkan orang lain. Sehingga para ulama seringkali mengatakan bahwa hendaklah para pria menguasai perkara haid agar bisa nantinya mengajarkan istri, anak dan saudara perempuannya.

Imam Ahmad ditanya mengenai apa niat yang benar dalam belajar agama. Beliau menjawab, “Niat yang benar dalam belajar adalah apabila belajar tersebut diniatkan untuk dapat beribadah pada Allah dengan benar dan untuk mengajari yang lainnya.”
Dari sini menunjukkan bahwa niat belajar yang keliru adalah  jika ingin menjatuhkan atau mengalahkan orang lain atau ingin mencari kedudukan mulia di dunia. Anas bin Malik berkata,
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ يُبَاهِي بِهِ الْعُلَمَاءَ ، أَوْ يُمَارِي بِهِ السُّفَهَاءَ ، أَوْ يَصْرِفُ أَعْيُنَ النَّاسِ إِلَيْهِ ، تَبَوَّأَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin digelari ulama, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia, maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Hakim dalam Mustadroknya) .

Ketiga : Istiqomah dalam amal dan menuntut ilmu butuh waktu yang lama (bukan hanya sebentar). Dalam belajar itu butuh kesungguhan. Muhammad bin Syihab Az Zuhri berkata “Yang namanya ilmu, jika engkau memberikan usahamu seluruhnya, ia akan memberikan padamu sebagian. ”Dalam hadits riwayat Muslim, Abu Katsir berkata, “Ilmu tidak diperoleh dengan badan yang bersantai-santai.” (HR. Muslim no. 612).

Abu Hilal Al Asykari (seorang penyair) awalnya sulit menghafalkan bait sya’ir. Kemudian ia memaksakan dirinya dan berusaha keras, awalnya ia bisa menghafalkan 10 bait. Karena ia terus berusaha, ia akhirnya bisa menghafalkan 200 bait dalam sehari.
Syaikh Dr. ‘Abdus Salam bin Muhammad Asy Syuwai’ir adalah lulusan doktoral terbaik dari Ma’had Al ‘Ali lil Qodho’ (sekolah tinggi untuk para hakim) yang merupakan cabang Jami’atul Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh KSA. Beliau adalah Ustadz (gelar pendidikan, yang dimaksud adalah professor) di Ma’had Al ‘Aali lil Qodho’ saat ini. Beliau adalah di antara murid Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah. Beliau adalah ulama yang fakih dan tidak diragukan lagi kecerdasan beliau dalam ilmu dan terlihat begitu tawadhu’.Ya Allah, berilah kami ilmu yang bermanfaat dan niatan yang ikhlas dalam belajar serta beramal.




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari pembahsan diatas saya dapat menyimpulkan hal sebagai berikut:
1.      Al-Zarnuji mengatakan niat adalah azas segala perbuatan, maka dari itu adalah wajib bagi pelajar untuk berniat dalam belajar. Beliau mengatakan: "Setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan belajar. Karena niat adalah pokok dari segala amal ibadah.
2.      Seorang penuntut ilmu harus memiliki  niat yang baik atau lurus dalam menuntut ilmu agar ilmu yang dimiliki menjadi  berkah bagi dirinya.

B.     SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca .Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna maka sangat diperlukan kritik dan sara bagi penyempurnaan makalah ini.













DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Al Qardhawy, ”Niat dan Ikhlas”, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar: 1996)

Imam Burhanul Islam Azzarnuji, “Etika Menuntut Ilmu”,(Surabaya:Al-Miftah)

Umar Sulaiman al Asyqar, ”Fiqih Niat”, (Jakarta: Gema Insani: 2006)



You Might Also Like

0 komentar: