NIAT DALAM BELAJAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat-Nya sehingga makalah
kami selesai tepat waktu. Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad saw., karena perjuangannya sehingga kita ummat Islam dapat
menikmati zaman yang modern ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mengalami hambatan. Namun hambatan
dapat kami atasi berkat arahan dan bimbingan dosen pengajar mata kuliah,
dan kerjasama penulis, serta buku referensi yang ada.
Dengan selesainya makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih kepada semua
orang yang telah terlibat dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang
membangun demi maksimalnya tugas kami kedepannya.
Yogyakarta, 8
Mei 2017
Penulis
( Kelompok 3)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam belajar seorang penuntut ilmu harus
memiliki niat yang bersih, karena berkahnya suatu ilmu tergantung pada niatnya. Seorang penuntut ilmu harus benar-benar
memperbaiki niatnya dalam menuntut ilmu, agar ilmu yang dimiliki dapat berguna
baik dunia maupun akhirat, baik untuk penuntut ilmu maupun orang lain.
Niat merupakan syarat
layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan
mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala). Waktu
pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati. Ikhlas dan
membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal
shalih dan ibadah. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan
kadar niatnya. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi
niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah,yang
membedakan antara ibadah dan kebiasaan rutinitas adalah niat.
Dan pada salah satu sabda nabi Muhammad SAW yang berbunyi "Semua
perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung)
apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin
digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya
adalah kepada apa dia diniatkan" (Bukhari, muslim, ahmad, abu daud, ibnu
majah, tirmidzi)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Definisi Niat
2. Bagaimanakah niatnya dalam
belajar ?
3. Bagaimanakah pentingnya
niat dalam belajar ?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, saya merumuskan tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui niat
dalam belajar.
2. Untuk mengetahui
pentingnya niat dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Niat
Menurut
Ensiklopedia Islam niat secara bahasa artinya ‘al-qashdu‘ (keinginan atau
tujuan), sedangkan makna secara istilah, yang dijelaskan oleh ulama Malikiah,
adalah ‘keinginan seseorang dalam hatinya untuk melakukan sesuatu’.
B.
Niat dalam
Belajar
Al-Zarnuji
mengatakan niat adalah azas dari segala perbuatan. Maka dari itu
adalah wajib bagi pelajar untuk berniat dalam belajar. Beliau
mengatakan: "Setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan belajar.
Karena niat adalah pokok dari
segala amal ibadah." Al-Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’alim berpendapat bahwa belajar
adalah suatu pekerjaan, merupakan sebuah ibadah dan kewajiban, maka ia harus
mempunya niat belajar dan niat belajar yang harus dimiliki oleh pelajar harus
sesuai dengan tuntunan alqur’an dan sunnah.
Dalam kitab Ta’limul
Muta’alimal Zarnuji menjelaskan pedoman niat belajar yang baik yang harus
dimiliki oleh semua pelajar guna mendapatkan ilmu yang bermanfaat, beliau
memaparkan sebagai berikut :
a.
Mencari Ridha Allah ‘Azza wa Jalla
Penuntut ilmu wajib niat sewaktu belajar. Sebab, niat itu merupakan
pokok dalam segala perbuatan, berdasarkan sabda Nabi saw :
ثم لابد له من النية فى زمان تعلم العلم، إذ النية هى الأصل فى جميع
الأفعال لقوله عليه السلام: إنما الأعمال
(حديث صحيح). بالنيات
Artinya : “Sesungguhnya amal-amal perbuatan
itu terserah niatnya” Hadits shahih.
Hendaklah seseorang selalu
menghiasi dirinya dengan akhlak mulia, yaitu memulai segala sesuatu dengan niat
yang baik sebab dengan niat itu dapat menghantarkan pada pencapaian
keberhasilan. Niat yang sungguh-sungguh dalam mencari ilmu adalah keridhaan
Allah akan mendapatkan pahala. al-Zarnuji menekankan agar
belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya,
belajar sebagai perwujudan rasa syukur manusia sebagai seorang hamba kepada
Allah SWT yang telah mengaruniakan akal.
b.
Memperoleh kebahagiaan akhirat
عن رسول الله صلى الله عليه وسلم: كم من عمل يتصور بصورة عمل الدنيا،
ثم يصير بحسن النية من أعمال الآخرة، وكم من عمل يتصور بصورة عمل الآخرة ثم يصير
من أعمال الدنيا بسوء النية.
Dari
beliau pula diriwayatkan sebuah hadits : ”Banyak amal perbuatan yang berbentuk
amal dunia, lalu menjadi amal akhirat yang karena buruk niatnya maka menjadi
amal dunia.”
Pelajar harus mendasarkan
niat belajarnya dengan Husnunniyat (niat yang baik). Al Zarnuji mendefinisikan
amal akhirat adalah semua amal sekalipun itu amal duniawi tetapi dilandaskan
pada niat akhirat maka amal yang akan dilaksanakan oleh seseorang itu termasuk amal akhirat. Nashirudin dalam
menterjemahkan niat ”Al-Daral Akhirat” sebagi sebuah landasan untuk
mendapatkan surga. Beliau mengatakan bahwa niat belajar juga harus memiliki
niat untuk mengharapkan kebahagiaan akherat yang berupa syurga.
وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالة
الجهل عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين وإبقاء الإسلام، فإن بقاء الإسلام
بالعلم، والشكر على نعمة العقل، وصحة البدن, ولا ينوى به إقبال الناس عليه، ولا
استجلاب حطام الدنيا، والكرامة عند السلطان وغيره, إلا إّذا طلب الجاه للأمر
بالمعروف والنهى عن المنكر، وتنفيذ الحق، وإعزاز الدين لا لنفسه وهواه
Sebaiknya bagi penuntut
ilmu dalam belajarnya berniat mencari Ridho Allah SWT, kebahagiaan akhirat, membasmi kebodohan diri sendiri dan sekalian
orang-orang bodoh, mengembangkan agama dan mengabadikan islam, sedangkan
berbuat zuhud dan taqwa itu tidak sah jika tanpa ilmu. Dan dalam menuntut ilmu hendaklah diniatkan
juga untuk mensyukuri atas kenikmatan akal dan kesehatan badan. Hendaklah tidak
niat mencari popularitas, tidak untuk mencari harta dunia, juga tidak berniat
mencari kehormatan dimata penguasa dan semacamnya. Barang siapa telah menemukan
lezatnya ilmu dan pengamalannya, maka kecil sekali kesukaannya terhadap apa
yang ada di tangan sesama manusiaTetapi jikalau dalam meraih keagungan itu demi amar ma’ruf nahi
munkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama bukan untuk keperluan
hawa nafsu sendiri.
c.
Berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan kaum yang bodoh
Manusia adalah mahluk dan semua mahluk adalah
bodoh, maka dikatakan oleh al Zarnuji bahwa belajar itu bukan untuk
mencari kepintaran dan kepandaian tetapi menghilangkan kebodohan dan
ketidaktahuan yang ada dalam diri seseorang. Juga seorang wajib memberikan
pencerahan ilmu dari apa yang telah ia miliki baik berupa ilmu itu sendiri
maupun dari buah ilmu itu sendiri yang ebrupa amal. Seperti halnya seorang guru, dosen, pengajar, tutor memberikan pencerahan
berupa ilmu dan nasehat nasehat kepada orang lain , dokter memberikan
pengobatan kepada pasiennya, montir dengan jasanya, sopir memberikan manfaat
ilmunya berupa mengemudi membantu orang lain dan berbagi contoh lainnya.
d.
Mengembangkan dan melestarikan Islam
Niat belajar hendaknya
didasarkan pada kemauan untuk senantiasa melestarikan islam di bumi, konsep al Zarnuji membuktikan
bahwa niat dalam belajar yang di sampaikan beliau memiliki orientasi yang luas,
baik untuk pribadi, masyarakat, dan agama. Sebagaimana kutipan Syekh Burhanudin
yang artinya: “Sungguh merupakan kehancuran yang besar seorang alim yang tak peduli, dan
lebih parah dari itu seorang bodoh yang beribadah tanpa aturan, keduanya
merupakan fitnah yang besar di alam semesta bagi orang-orang yang menjadikan
keduanya sebagai pedoman”.
e.
Mensyukuri nikmat akal dan badan yang sehat
Orang yang pandai tetapi
kependaiannya hanya untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain itu tidak
berarti, begitu juga orang bodoh beribadah ibadahnya bisa batal atau ia akan
mudah terjerumus ke aliran sesat.
Oleh karena itu berniat
untuk menysukuri nikmat akal dan badan berarti harus memiliki komitmen untuk
memberikan manfaat atas ilmunya kepada sesama yang membutuhkan sehingga dapat
merubah mayarakat disekeliling alim tersebut untuk menjadi masyarakat yang
lebih baik dalam segi ibadah, sosial maupun muamalah.
f.
Tidak memiliki niat untuk mendapat kesohoran dari manusia
Seperti penjabaran diatas,
bahwa Niat itu seharusnya dituinjukkan untuk mendapat Ridho Allah SWT. Al
Zarnuji dalam Kitab Ta’lim Muta’allim menyebutkan, beliau tidak memperkenankan niat dalam mencari ilmu
untuk mendapatkan harta banyak, penghormatan dari orang, dan sanjungan dari
para petinggi atau pejabat, dan hal hal yang bersifat duniawi murni. Niat yang utama untuk
pelajar adalah agar belajar digunakan sebagai sarana mencari Ridha Allah, bukan
untuk mendapatkan hal hal materi dan duniawi saja yang selama ini menjadi orientasi
keberhasilan para pelajar zaman sekarang yang bisa menjadikannya seseorang yang gila
kehormatan atau jabatan.
-
Berikut Syair gubahan Syaikh
Burhannuddin :
فـساد كـبير عـالم مـتهتـك # وأكـبر منه جاهل متنسك *
هما فتنة للعالمين عظيمة #
لمن بهما فى دينه يتمسك *
*Merupakan kerusakan yang parah seorang alimm
yang lancang
bih parah
darinya, orang bodoh yang pura - pura rajin ibadah
*Keduanya fitnah yang besar di alam semesta
Bagi orang yang berpedoman pada keduanya dalam
urusan agama
-
Syaikh Imam
Yang Mulia Al Ustadz Hammad bin Ibrahim bin Ismail As Shaffar Al Anshori
mendendangkan syair gubahan Imam Abu Hanifah r.a. sbb :
من طلب العلم للمعاد # فاز بفضل من الرشاد
فـيالخسـران طالـبيـه # لـنيل فـضل من العباد
Barang siapa menuntut ilmu demi akhirat # Berbahagialah
dengan keunggulan Ar Rasyad.
Ah, betapa rugi
penuntut ilmu # Demi sesuatu dari orang sesamamu.
Penuntut ilmu hendaklah memperhatikan hal-hal
tersebut diatas, mengingat ia telah belajar dengan susah payah, maka jangan
sampai membelokkan ilmunya tersebut demi kepentingan duniawi yang hina, kecil
lagi fana itu.
-
Berikut untaian
syair :
هى الـدنيا أقـل مـن الـقـليل #
وعاشقها أذل من الذليل
تصم بسحرها قوما وتعمى # فـهم
مـتخيرون بلا دليل
Dunia itu
kecil, amatlah sedikit # Pecintanya terhina, nan hina dina
Sihir dunia,
membuat bangsa tuli dan buta # Mereka bingung, tidak tahu jalan kemana.
Orang berilmu hendaklah tidak mencemarkan
dirinya sendiri dengan bersikap tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya,
dan hendaklah pula menjaga diri dari hal-hal yang menghinakan ilmu dan orang
alim / ahli ilmu. Hendaklah bersikap tawadlu’ demikian juga sikap iffah, dan
semua itu dapat dipelajari dalam kitab-kitab akhlaq.
Syaikh
Imam Ustadz Ruknuddin mendendangkan syair gubahan beliau sendiri
إن الـتواضـع مـن خـصـال المـتقى # وبه التقى إلى المـعالى يرتقى
ومن العجائب عجب من هو جاهل # فى حالة أهو السعيد أم الشقى
أم كـيـف يخــتم عـمـره أو روحــه # يوم الـنوى مـتسفل أو مرتقى
والـكـــبـريـاء لـربـنـا صــفـة به # مـخـصـوصة فتجـنبها واتقى
Sungguh, tata krama adalah sifat orang bertaqwa
# Ia pun membumbung tinggi dengan sifat ini
Ajaib sekali, orang yang tidak tahu kondisi
sendiri # Bahagiakan nanti, atau celaka diri
Bagaimanakah pugkasan umurnya, saat tercabut
nyawanya # Dihari kematian, dia terjatuh
atau mulia.
Kebesaran itu sifat khusus bagi-Nya # Maka bertaqwalah kepada-Nya.
Berkata Imam Abu Hanifah r.a. kepada para
sahabat beliau “besarkanlah putaran surbanmu dan longgarkanlah lengan bajumu”.
Justru demikianlah beliau menganjurkan agar ilmu dan orang yang berilmu tidak
lagi dipandang remeh.
C.
Pentingnya Niat
Dalam Belajar
Di
antara ibadah yang paling penting yang mudah mendekatkan seorang hamba pada
Allah adalah tholabul ‘ilmi atau belajar ilmu agama. Sedangkan perkara
yang amat penting yang perlu diperhatikan dan selalu dikoreksi adalah niat
dalam belajar. Tidak ada kebaikan yang diperoleh jika seseorang ketika belajar
malah ingin mencari ridho selain Allah. Oleh karena itu, para
ulama sangat memperhatikan niatnya dalam belajar apakah sudah benar ataukah
tidak karena jika tidak ikhlas, maka dapat mencacati ibadah yang mulia ini.
Sufyan bin ‘Uyainah pernah berkata, “Kami menuntut ilmu awalnya berniat
mencari ridho selain Allah. Kemudian Allah tidak ingin jika niatan tersebut
kepada selain-Nya.” Ulama salaf lainnya berkata “Kami awalnya dalam menuntut ilmu tidak punya
niatan yang kuat. Kemudian Allah menganuriakan kami niat yang benar setelah
itu”. Maksudnya, akhirnya niatan kami ikhlas karena Allah.
Syaikh ‘Abdus Salam Asy Syuwai’ir mengatakan
bahwa ada tiga perkara yang mesti dipenuhi agar seseorang disebut memiliki
niatan yang benar dalam menuntut ilmu.
Pertama : Menuntut ilmu diniatkan untuk beribadah
kepada Allah dengan benar.
Kedua : Berniat dalam menuntut ilmu untuk mengajarkan
orang lain. Sehingga para ulama seringkali mengatakan bahwa hendaklah para pria
menguasai perkara haid agar bisa nantinya mengajarkan istri, anak dan saudara
perempuannya.
Imam Ahmad ditanya mengenai apa niat yang benar
dalam belajar agama. Beliau menjawab, “Niat yang benar dalam belajar adalah
apabila belajar tersebut diniatkan untuk dapat beribadah pada Allah dengan
benar dan untuk mengajari yang lainnya.”
Dari sini menunjukkan bahwa niat belajar yang
keliru adalah jika ingin menjatuhkan atau mengalahkan orang lain atau
ingin mencari kedudukan mulia di dunia. Anas bin Malik berkata,
مَنْ
طَلَبَ الْعِلْمَ يُبَاهِي بِهِ الْعُلَمَاءَ ، أَوْ يُمَارِي بِهِ السُّفَهَاءَ ،
أَوْ يَصْرِفُ أَعْيُنَ النَّاسِ إِلَيْهِ ، تَبَوَّأَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin
digelari ulama, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia,
maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Hakim dalam
Mustadroknya) .
Ketiga : Istiqomah dalam amal dan menuntut ilmu butuh
waktu yang lama (bukan hanya sebentar). Dalam belajar itu butuh kesungguhan.
Muhammad bin Syihab Az Zuhri berkata “Yang namanya ilmu, jika engkau
memberikan usahamu seluruhnya, ia akan memberikan padamu sebagian. ”Dalam hadits riwayat Muslim, Abu Katsir
berkata, “Ilmu tidak
diperoleh dengan badan yang bersantai-santai.” (HR. Muslim no. 612).
Abu Hilal Al Asykari (seorang penyair) awalnya sulit
menghafalkan bait sya’ir. Kemudian ia memaksakan dirinya dan berusaha keras,
awalnya ia bisa menghafalkan 10 bait. Karena ia terus berusaha, ia akhirnya bisa
menghafalkan 200 bait dalam sehari.
Syaikh Dr. ‘Abdus Salam bin Muhammad Asy
Syuwai’ir adalah lulusan doktoral terbaik dari Ma’had Al ‘Ali lil Qodho’
(sekolah tinggi untuk para hakim) yang merupakan cabang Jami’atul Imam Muhammad
bin Su’ud Riyadh KSA. Beliau adalah Ustadz (gelar pendidikan, yang dimaksud
adalah professor) di Ma’had Al ‘Aali lil Qodho’ saat ini. Beliau adalah di
antara murid Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah. Beliau adalah ulama yang
fakih dan tidak diragukan lagi kecerdasan beliau dalam ilmu dan terlihat begitu
tawadhu’.Ya Allah, berilah kami ilmu yang bermanfaat dan niatan yang ikhlas dalam belajar serta beramal.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahsan diatas saya dapat menyimpulkan
hal sebagai berikut:
1.
Al-Zarnuji
mengatakan niat adalah azas segala perbuatan, maka dari itu adalah wajib bagi
pelajar untuk berniat dalam belajar. Beliau
mengatakan: "Setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan
belajar. Karena niat adalah pokok dari segala amal ibadah.
2.
Seorang
penuntut ilmu harus memiliki niat yang baik atau lurus dalam menuntut
ilmu agar ilmu yang dimiliki menjadi berkah bagi dirinya.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca .Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna maka sangat
diperlukan kritik dan sara bagi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf
Al Qardhawy, ”Niat dan
Ikhlas”, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar: 1996)
Imam Burhanul Islam Azzarnuji, “Etika Menuntut Ilmu”,(Surabaya:Al-Miftah)
Umar
Sulaiman al Asyqar, ”Fiqih
Niat”, (Jakarta: Gema Insani: 2006)
0 komentar: