Makalah Teori Motivasi

00.37 Vivi Rinardi 0 Comments

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Motivasi adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan yang cenderung untuk menetap. Motivasi juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan prilaku yang tetap ke  arah tujuan tertentu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri seseorang atau pun dari luar dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam diri sesorang disebut motivasi instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik. Motivasi diri adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai. Dengan demikian jika sebuah sumbat motivasi (dalam hal ini ketidak berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran energi dalam tubuh kita bisa mengalir kembali. Dan pada makalah ini, saya akan mencoba membahas tentang motivasi diri dan tips untuk memotivasi diri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan motivasi ?
2.      Apa yang dimaksud dengan membangun karakter motivator/motivasi diri ?
3.      Apa saja faktor motivasi diri ?
4.      Apa saja tips membangun motivasi ?
C.     Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Motivasi
2.      Agar mahasiswa mengetahui cara membangun karakter motivator
3.      Agar mahasiswa mengetahui cara-cara membangun karakter motivator




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Motivasi
Motif berasal dari bahasa Latin movere yang berati bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.
Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan (Walgito, 2004: 220). Sedangkan menurut Plotnik (2005:328), motivasi mengacu pada berbagai faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu.
B.     Pengertian Motivasi Diri
Motivasi Diri adalah motivasi yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Motivasi diri merupakan sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk bertindak. Proses mendapatkan dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah proses penyadaran akan keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap orang memiliki keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak, namun seringkali dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidak berdayaan.
Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai. Dengan demikian jika sebuah sumbat motivasi (dalam hal ini ketidak berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran     energi            dalam  tubuh   kita      bisa      mengalir          kembali. Membangun impian adalah salah satu cara memotivasi diri sendiri. Namun, membangun impian bisa tidak berguna jika hambatan-hambatan pada diri sendiri masih ada. Inilah mengapa banyak orang yang tidak mau bermimpi, sebab ada sebuah faktor yang masih belum diselesaikan, yaitu faktor keberdayaan. Jadi, sebaiknya sebelum kita membangun mimpi, kita harus membangin rasa percaya diri terlebih dahulu. Jika tidak, membangun impian bisa percuma. Buat apa mimpi besar jika kita tidak percaya diri          untuk   mencapainya?. Impian yang besar tanpa kepercayaan diri seperti mimpi di siang bolong, angan-angan, atau khayalan belaka. Mereka mengatakan ingin, tapi tidak ada tindakan yang terjadi. Hanya ada dua penyebab, harapan meraih mimpi yang tidak ada dan/atau mereka merasa tidak mampu meraih impian tersebut.
C.     Faktor Motivasi Diri
Dalam berbagai buku NLP disebutkan bahwa hanya ada dua faktor motivasi diri yaitu mengejar kenikmatan dan menghindari kesengsaraan atau rasa sakit. Namun jika dipersempit lagi, hanya ada satu faktor motivasi, yaitu cinta. Semakin besar cinta kita, akan semakin besar motivasi yang bangkit.
Contohnya, hanya karena putus cinta, kita mampu berbuat nekat untuk bunuh diri. Berarti itu menggmbarkan betapa kuatnya cinta sehingga bias menghilangkan akal sehat seseorang dan menggerakkan dirinya melakukan aksi bunuh diri. Tapi, cinta juga bisa menghasilkan perilaku ajaib yang positif, seperti ada seorang pecandu narkoba yang sudah benar-benar tidak dapat ditolong lagi, ketika dia menemukan seseorang yang bisa mengerti dirinya, dan dapat membimbingnya menjadi lebih baik, si pecandu itu pun jatuh cinta kepadanya, si pecandu akan dengan tiba-tiba dan tidak diperkirakan, segera merubah perilaku negatifnya itu menjadi manusia yang lebih baik, hanya agar seseorang yang istimewa itu tetap berada di sisinya untuk selamanya.
Kekuatan cinta ini dapat dimanfaatkan  untuk mendapatkan motivasi diri. Tentu saja, tidak sebatas cinta terhadap lawan jenis, tetapi cinta kepada hal lainnya juga. Saat Anda mencintai pekerjaan Anda, Anda akan memiliki motivasi yang cukup saat bekerja. Lihatlah pemasin sepak bola, di tengah jadwal yang ketat, mereka tetap enjoy bermain di lapangan, karena mereka mencintai profesinya sebagai pesebak bola.
D.    Cara Membangun Motivasi Diri
1.      Ciptakan sensasi
Ciptakan sesuatu yang dapat “membangunkan” dan membangkitkan gairah kita saat pagi menjelang. Misalnya, kita berpikir esok hari harus mendapatkan keuntungan 1 milyar rupiah. Walau kedengarannya mustahil, tapi sensasi ini kadang memacu semangat kita untuk berkarya lebih baik lagi melebihi apa yang sudah kita lakukan kemarin.

2.      Kembangkan terus tujuan kita
Jangan pernah terpaku pada satu tujuan yang sederhana. Tujuan hidup yang terlalu sederhana membuat kita tidak memiliki kekuatan lebih. Padahal untuk meraih sesuatu kita memerlukan tantangan yang lebih besar, untuk mengerahkan kekuatan kita yang sebenarnya. Tujuan hidup yang besar akan membangkitkan motivasi dan kekuatan tersendiri dalam hidup kita.
3.      Memikirkan saat kematian datang
Kita perlu memikirkan saat kematian datang, meskipun gejala ke arah itu tidak dapat diprediksikan.Membayangkan saat-saat terakhir dalam hidup ini sesungguhnya merupakan saat-saat yang sangat sensasional. Kita dapat membayangkan ‘flash back’ dalam kehidupan kita. Sejak kita menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga tampil sebagai pribadi yang dewasa dan mandiri. Jika kita membayangkan ‘ajal’ kita sudah dekat, akan memotivasi kita untuk berbuat lebih banyak lagi selama hidup kita.
4.      Tinggalkan teman yang tidak perlu
Jangan ragu untuk meninggalkan teman-teman yang tidak dapat mendorong kita mencapai tujuan.Sebab, siapapun teman kita, seharusnya mampu membawa kita pada perubahan yang lebih baik. Ketahuilah bergaul dengan orang-orang yang optimis akan membuat kita berpikir optimis pula. Bersama mereka hidup ini terasa lebih menyenangkan dan penuh motivasi.
5.      Hampiri bayangan ketakutan
Saat kita dibayang-bayangi kecemasan dan ketakutan, jangan melarikan diri dari bayangan tersebut.Misalnya selama ini kita takut akan menghadapi masa depan yang buruk. Datang dan nikmati rasa takut kita dengan mencoba mengatasinya. Saat kita berhasil mengatasi rasa takut, saat itu kita telah berhasil meningkatkan keyakinan diri bahwa kita mampu mencapai hidup yang lebih baik.
6.      Ucapkan “selamat datang” pada setiap masalah
Jalan untuk mencapai tujuan tidak selamanya semulus jalan tol. Suatu saat kita akan menghadapi jalan terjal, menanjak dan penuh bebatuan. Jangan memutar arah untuk mengambil jalan pintas. Hadapi terus jalan tersebut dan pikirkan cara terbaik untuk bisa melewatinya. Jika kita memandang masalah sebagai sesuatu yang mengerikan, kita akan semakin sulit termotivasi. Sebaliknya bila kita selalu siap menghadapi setiap masalah, kita seakan memiliki energi dan semangat berlebih untuk mencapai tujuan kita.
7.      Mulailah dengan rasa senang
Jangan pernah merasa terbebani dengan tujuan hidup kita. Coba nikmati hidup dan jalan yang kita tempuh. Jika sejak awal kita sudah merasa ‘tidak suka’ rasanya motivasi hidup tidak akan pernah kita miliki.
8.      Berlatih dengan keras
Tidak bisa tidak, kita harus berlatih terus bila ingin mendapatkan hasil terbaik. Pada dasarnya tidak ada yang tidak dapat kita raih jika kita terus berusaha keras. Semakin giat berlatih semakin mudah pula mengatasi setiap kesulitan.






















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Motivasi diri adalah proses menghilangkan kelemahan dalam diri kita tanpa bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk bertindak. Proses mendapatkan dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah proses penyadaran akan keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap orang memiliki keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak, namun seringkali dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidak berdayaan.























DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:

Terjemah Kitab Washoya Bab 1-10

00.32 Vivi Rinardi 0 Comments

PELAJARAN I
NASIHAT GURU KEPADA MURIDNYA

Wahai anakku, semoga Allah memberimu petunjuk dan pertolongan untuk selalu beramal sholih. Sesungguhnya bagiku engkau ibarat seorang anak yang berada di sisi ayah yang dicintainya.  Aku akan bahagia dirimu berbadan sehat, berpendirian kuat, suci hati, berakhlak mulia, menjaga adab, menjauhi perkataan tercela, lemah lembut dalam bergaul, menyayangi sesama, menolong fakir, belas kasih terhadap yang lemah, pemaaf, tidak meninggalkan sholat, dan tidak menunda-nunda waktu untuk beribadah kepada Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Penguasamu.
Wahai anakku, seandainya engkau mau menerima nasihat dari seseorang, maka akulah orang yang pantas untuk kau terima nasihatnya. Aku adalah gurumu, pendidikmu yang membantu memelihara jiwamu. Engkau tidak akan mendapat seorangpun yang telah mengharapkan kebaikan darimu sesudah orang tuamu kecuali aku (gurumu).
Wahai anakku, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi nasihat yang patut nutuk dipercaya. Karena itu, terimalah dengan ikhlas segala nasihatku, dan amalkanlah dalam hidupmu serta dalam pergaulan dengan teman-temanmu.
Wahai anakku, bila engkau tidak mengamalkan segala nasihatku dalam kesendirianmu, maka engkau tidak akan dapat mengamalkannya di kala bergaul dengan teman-temanmu.
Wahai anakku, bila engkau tidak menuruti nasihatku, siapakah yg akan engkau ikuti?, apakah artinya engkau memaksa dirimu untuk duduk dihadapanku?!
Wahai anakku, sesungguhnya seorang guru menyayangi anak didiknya yang taat dan sholih, sukakah engkau bila guru yang telah mendidikmu tidak rela dan tidak mengharap suatu kebaikan atas dirimu?
Wahai anakku, sesungguhnya aku sangat mengharapkanmu agar selalu beramal shalih. Karena itu bantulah aku menyampaikan kebaikan itu kepadamu dengan cara kamu mentaati dan melaksanakan akhlak karimah yang kuperintahkan kepadamu.
Wahai anakku, akhlak yg paling baik adalah hiasan bagi insan, baik bagi dirinya dalam bergaul dengan teman, keluarga dan sanak-saudaranya. Karena itu, jadilah engkau seorang yang memiliki akhlaqul karimah, tentu setiap orang akan memuliakan dan menyayangimu.
Wahai anakku, bila engkau tidak menghiasi ilmu  dengan akhlaq yang mulia, maka ilmu itu  akan lebih membahayakanmu dari pada kebodohanmu. Karena orang yang bodoh dimaafkan karena kebodohannya dan tiada maaf bagi seorang yang alim (pandai) dihadapan manusia bila tidak menghiasi diri dengan akhlaq yang baik.
Wahai anakku, jangan engkau hanya menanti saran dan kritik dariku, sesugguhnya mawas diri itu lebih utama dan lebih besar manfaatnya.
Wahai anakku, Rasulullah saw. pernah  bersabda: “Sesungguhnya Allah mensucikan agama ini (Islam) karena diri-Nya. Tidak akan suci agamamu kecuali dengan sifat dermawan dan baik budi pekerti. Hiasilah agamamu dengan keduanya.” (HR. Ath-Thabrani dari Imran bin Husain. Imam As-Suyuthi menyatakan bahwa hadits ini dha’if).


PELAJARAN II
WASIAT BERTAQWA KEPADA ALLAH

Wahai anakku, sesungguhnya Rabbmu mengetahui apa yang tersimpan dalam hatimu, semua yang di ucapkan oleh lisanmu dan melihat seluruh perbuatanmu. Karena itu bertaqwalah pada Allah Yang Maha Agung.
Wahai anakku, hindarilah olehmu jangan sampai Allah tidak ridla dengan perbuatanmu. Hidarilah olehmu jangan sampai Rabbmu yg telah menciptakanmu, memberimu rezki dan akal yang sehat sehingga engkau dapat mengamalkannya dalam hidup dan kehidupan itu murka kepadamu. Bagaimanakah perasaanmu bila engkau berbuat sesuatu yang  dilarang oleh orang tuamu, sedangkan orang tuamu melihat pebuatan itu? Tidakkah engkau takut keduanya memarahimu? hendaklah perbuatanmu terhadap Allah pun demikian. karena Allah selalu memperhatikan segala perbuatanmu, walau engkau tidak melihat-Nya. Jangan sekal-ikali engkau mengingkari perintah Allah dan jangan engkau melakukan sesuatu yang dilarang-Nya.
Wahai anakku, sesungguhnya ancaman dan siksa Rabbnu sangat  keras dan berat. Karena itu  takutlah engkau anakku, takutlah pada murka rabbmu jangan sampai  sifat “Halim” (kebijakan) Allah membujuk  dirimu. “Sesungguhnya Allah menangguhkan siksanya pada orang yang zalim sampai dengan Allah menyiksanya, sehingga dia tidak dapat lepas  dari adzab yang pedih.” (Hadis ini “Syarif” diriwatkan oleh Bhukhari, Muslim, Tirmizi, dan Ibnu Majah dari Abi Musa Al-Asy’ari dari Nabi saw.).
Wahai anakku, sesungguhnya dalam taat pada Allah itu terdapat kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak dapat di dicapai, kecuali dengan berulangkali menghadapi cobaan.  Karena itu anakku, taatlah kepada Rabbu dengan sikap tabah menghadapi cobaan, agar engkau mendapat kenikmatan dalam beribadah dan kebahagiaan dalam taqwa pada Allah, sehingga engkau dapat mengetahui  dan merasakan keiklasanku  dalam menasehatimu.
Wahai anaku, sungguh pada mulanya akan kau dapati perasaan berat untuk taat pada Allah. Tabah dan sabarlah menghadapi hal itu, sehingga ketaatanmu pada Allah mejadi suatu kebiasaan yang engkau lakukan dengan penuh kesadaran.
Wahai anakku, mawas dirilah ketika engkau berada dibangku sekolah kala engkau belajar, membaca dan menulis. Dianjurkan padamu agar menghafal Al Qur’anul Karim. Apakah engkau tidak merasa malu di sekolah dan dihadapan gurumu bila engkau tidak mematuhi tata tertib, padahal dirimu dituntut untuk itu. Karena itu ingat lah! Pada hari ini engkau telah mengetahui keutamaan dalam menuntut ilmu dan engkau telah tahu bahwa gurumu adalah orang yang selalu berusaha bagi kemaslahatan (kebaikan) dirimu.
Wahai anakku, dengar dan perhatikan nasihatku, sabarlah dalam  taat kepada Allah, seperti kesabaranmu dalam belajar disekolah. Suatu saat engkau akan mengetahui faedah nasihat ini dan akan jelas suatu kau rasakan bila dirimu mendapat pertolongan Allah untuk melaksanakan nasihat-nasihat gurumu.
Wahai anakku, janganlah kau mengira bahwa bertakwa kepada Allah cukup dengan sholat, shaum (dibulan Ramadhan) dan ibadah-ibadah sejenisnya saja. Sesungguhnya taqwa pada Allah itu mencakup segala hal. Sebab itu bertaqwalah kepada Allah dalam beribadah pada Robbmu, jangan sekali-kali engkau mengingkari dalam bergaul dengsn teman-temanmu, jangan  sampai menyakiti hati mereka. Bertaqwalah pada Allah dalam menegakkan Dien-mu, jangan sekali-kali engkau khianati ketentuan Allah dan pertahankanlah jangan samai Dien-mu dikuwasai musuh. Bertakwalah pada Allah, jangan menunda-nunda ibadah dikala sehatmu dan jangan hiasi dirimu kecuali Ahlaqul Karimah (akhlaq yang mulia).
Wahai anakku, Rasullah saw. telah bersabda: “Bertaqwalah pada Allah dimana saja engkau berada, ikutilah segera perbuatan jelek (maksiat) dengan perbuatan baik (ibadah), maka ibadah itu akanmenghapus dosa dari maksiat. Dan berakhlaq baiklah dihadapan umat manusia.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim dari Abu Dzar dan Mu’adz bin Jabal).


PELAJARAN III
HAK DAN KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH DAN RASUL- NYA

 Wahai anakku, sesungguhnya Allah Tabaaraka Wa Ta’ala (yang banyak berkahnya lagi Maha Luhur)  telah menciptakanmu dan menyempurnakan berbagai nikmatnya padamu baik lahir maupun batin. Tidaklah kau sadari, sesungguhnya awal darimu hanyalah setetes air (mani) yang memancar kerahim ibumu atas curahan nikmat serta rahmat Rabbmu engkau lahir dari kandungan ibumu sehingga anak manusia yang sempurna. Allah menganugrahi dirimu dengan lisan sehingga engkau dapat berbicara, telinga sehingga dapat mendengar, mata sehingga engkau dapat melihat dan akal sehingga engkau dapat membeakan yang baik dan buruk. Sesuai dengan firman-Nya: “Dan Allah telah mengelkuarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)
Bukankah Allah yang telah memberimu berbagai nikmat dan anugerah serta kebaikan dari sisi-Nya dan Dia pula yang berkuasa mencabut kembali segala nikmat, anugerah dan kebaikan  itu dari sisimu bila engkau melakukan perbuatan yang menyebabkan murka-Nya.
Wahai anakku, kewajibanmu yang pertama tehadap Allah Penciptamu yang Maha Luhur dalam segala hal adalah mengetahui sifat-sifa-Nya yang sempurna, dan bersungguh-bersungguh dalam taat pada-Nya dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjahui laranga-Nya. Hendaklah engkau yakin dengan teguh dan mantap bahwa yang engkau pilih buatmu sendiri. Jangan mengikuti hawa nafsu mengerjakan sesuatu yang tidak berguna, dan taat pada makhluk, baik mulia ataupun hina (dalam pandanganmu) sehingga menghalangi drimu untuk taat dan beribadah pada Rabbmu.
Wahai anakku, sebagaian dari kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya ialah dengan mengutus beberapa orang rasul “alaihimussalaatu wasallam” (semoga rahmat dan salam dicurahkan kepada para utusan), untuk memberi petunjuk kepada manusia dalam melaksanakan ibadah dan urusan dunia mereka. Rasul terakhir sebagai penutup ialah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muthalib berkebangsaan Arab dari Bani Hasyim Shallahu alaihi wasallam (semoga rahmat dan keselamatan selalu dicurahkan pada beliau). Mentaati perintah rasul Allah yang mulia itu wajib atas dirimu seperti engkau menaati perintah-perintah Allah yang telah menciptakanmu: “Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta ulil amri (pemimpin) diantaramu.” (QS. An Nisa’: 59). “Barangsiapa yang taat pada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan barangsiapa yang bepaling niscaya akan diadzab-Nya dengan adzab yang pedih.” (QS. Al Fath: 17).
Wahai anakku, sesungguhnya Rasulullah saw. Tidak pernah berbicara mengikuti hawa nafsunya, setiap perintah dan larangannya adalah berdasarkan wahyu Allah. Karena itu taat kepada Rasulullah merupakan bagian ketaatan kepada Allah yang Maha Bijaksana: “Katakanlah, jika kamu mencintai Allah, maka ikutillah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Ali Imran: 31).
Wahai anaku, tidak sempurna iman seseorang sebelum cintanya pada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaanya terhadap segala sesuatu selain Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. Telah bersabda: ”Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu sekalian, sehingga diriku lebih dicintainya daripada orang tua dan anak kandungnya serta umat manusia seuruhnya.“ (Hadist Riwayat Iman Ahmad, Bukhori, Nasai, Ibnu Majah, dari Anas bin Malik ra.)


PELAJARAN IV
HAK DAN KEWAJIBAN TERHADAP KEDUA ORANG TUA

Wahai anakku, ketika engkau merasa benar dalam berbakti pada ayah ibumu, maka sesungguhnya kewajiban kedua orang tuamu terhadap dirimu lebih berat dari itu semua, yang kewajiban itu nanti akan dilipat gandakan atas dirimu: “Maka janganlah kamu katakan pada keduanya perkataan ’’ah’’ dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkanlah pada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya serta berdo’alah: “Wahai Rabbku, kasihanilah kedua orang tuaku sebagaimana keduanya  mengasihani aku diwaktu kecil.” (QS. Al Israa: 23-24).
Wahai anakku, lihat dan ambilah teladan dari seorang bayi serta kasih sayang orang tuanya pada anak itu. Dan lihatlah susah payah kedua orang tua dalam memelihara kesehatan anaknya, memberi makan dan minum serta menjaganya siang dan malam, di saat sehat maupun sakit. Sekarang  engkau tahu, betapa beratnya tanggung jawab orang tuamu  dalam mendidik dan membesarkanmu hingga engkau  tumbuh  dewasa.
Wahai anakku, sungguhnya saat ini dirimu dikala Allah menolongku untuk menunjukkanmu jalan yang benar  tidak dapat memungkiri kenikmatan pemberian orang tuamu yang tak pernah kikir dalam memberimu nafkah dengan seluruh  kemanpuan yang mereka miliki. Seandainya orang tuamu tidak mau memberi nafkah, tentu engkau tidak mendapat kesempatan  belajar di sekolah bersama teman-temanmu.
Wahai anakku, setiap orang tentu ingin dirinya dapat mencapai derajat yang tinggi, berkedudukan, serta dicintai Allah dan seluruh umat manusia. Mereka selalu berharapan kedudukannya melebihi segala yang ada. Tetapi orang tua lebih menyukai bila anaknya dapat mencapai kedudukan (derajat) yang lebih tinggi dan penghormatan yang lebih mulia dari mereka. Lalu kewajiban apakah yang harus engkau perbuat terhadap orang yang mendahulukan kepentingan pribadinya, yang selalu mengharapkan kebaikan dirimu lebih dari harapanmu sendiri?
Wahai anakku, takutlah engka membuat kemarahan kedua orang tuamu. Karena sesungguhnya murka orang tuamu adalah murka Allah juga. dan barangsiapa membuat Allah murka (karena membuat kemarahan orang tua), maka dia akan merugi dunia akhirat.
Wahai anakku, taatilah perintah ayah ibumu, janganlah sekali-kali membantahnya, kecuali bila mereka memerintahkanmu untuk ingkar pada Rabbmu:
“Tidak ada taat kepada makhluk (sekalipun orang tua sendiri), didalam melakukan maksiat (dosa) kepada Khalik (Allah).” (Hadis syarif diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim dari Imran  bin Husain dan Hakam bin Amrin  Al-Ghiffari ra.).
“Dan kami perintahkan pada manusia berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu.”
“Dan jika keduanya memaksamu  untuk memper sekutukan Aku dengan sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang itu, janganlah kamu ikut keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia  dengan baik, dan ikutilah jalan orang  yang kembali pada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka akan Ku-beritakan  padamu apa yang telah  kamu perbuat.” (QS. Luqman: 14-15)
Wahai anakku, sesungguhnya orang yang paling menyayangimu adalah ayah ibumu yang telah mendidik dan memeliharamu sejak kecil sampai engkau tumbuh dewasa, menjadi seorang pelajar dan menuntut ilmu pengetahuan islam. Karena itu terimalah nasihat  dan petuahnya, karena orang tuamu lebih mengetahui sesuatu yang akan engkau hadapi dari pada dirimu sendiri. Dan orang tuamu lebih mengetahui sesuatu yang membawa sifat manfaat atau mudlarat atas dirimu. Sungguh, Allah-lah yang menguasai dan memberi petunjuk, pertolongan serta kemashlahatan (kebaikan) dirimu.


PELAJARAN V
HAK DAN KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN

Wahai Anakku, ingatlah! Engkau telah menjadi seorang pelajar yang menuntut ilmu dan engkau memiliki banyak teman. Mereka adalah saudara dan temanmu dalam pergaulan. Karena itu, jangan engkau menyakiti hati atau berlaku buruk terhadap mereka.
Wahai anakku, bila engkau duduk janganlah engkau persempit tempat bagi temanmu, lapangkanlah tempat sehingga temanmu dapat duduk dengan leluasa. Sesungguhnya menyempitkan tempat duduk (tidak memberikan kesempatan untuk duduk) pada orang lain itu termasuk perbuatan yang mengesalkan dan menyakitkan hati, sehingga membuat tidak enak di hati serta memunculkan banyak keburukan.“Hai orang-orang beriman, bila dikatakan padamu: berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang menuntut ilmu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)
Wahai anakku, bila seorang temanmu mendapatkan kesulitan dalam belajar dan bertanya pada gurumu, dengarlah baik-baik jawaban guru tersebut, mungkin dengan demikian engkau akan mendapat faedah yang sebelumnya tidak kau ketahui. Hindarilah olehmu kata-kata yang menyinggung dan menghina temanmu, atau menunjukkan wajah sinis karena kurang berkenan atas pertanyaan temanmu itu.
Wahai anakku, Imam Abu Hanifah ra. (pembangun mazhab Hanafi) pada suatu waktu ditanya: “Apa sebabnya sehingga engkau mendapat ketinggian ilmu pengetahuan yang sangat luas?” jawab Imam Abu Hanifah: “Aku tidak malas dalam mengambil manfaat (dengan belajar atau mengajar), dan aku tidak pernah mencegah orang yang ingin belajar dariku.”
Wahai anakku, jangan engkau persenpit jalan menuntut ilmu bagi teman-temanmu ketika mereka bertanya pada guru tentang masalah yang benar-benar belum diketahui. Bila engkau menghendaki suatu manfaat temanilah mereka dalam meyimak penjelasan guru (sekalipun engkau telah faham dan mengerti).
Wahai anakku, jika engkau tinggal bersama beberapa temanmu dalam satu asrama, Jaga dirimu jangan sampai meresahkan mereka. Bila waktu istirahat tiba, jangan engkau mengganggu mereka dengan  suaramu yang  keras dalam membaca atau menghafal pelajaranmu. Belajarlah dengan sopan du asrama, biarkan mereka beristirahat dengan tenang seperti ketika dirimu beristirahat. Bila fajar menyingsir dan engkau telah bangun dari tidurmu, shalat subuhlah bagunkan teman-temanmu dengan lembut dan sopan. Sholatlah berjama’ah, karena sholat berjamaah itu lebih utama dari pada sholat seorang diri.
Wahai anakku, bila temanmu membutuhkan pertolongan, janganlah engkau merasa berat untuk menolongnya. Jauhkan sikap membanggakan dirimu, bahwa engkau lebih memiliki keutamaan dari temanmu.
Wahai anakku, Rasululluah saw. telah bersabda: “Orang mukmin terhadap mukmin lainnya itu ibarat suatu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan.”(Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai dari Abi Musa Al-Asy’ari).


PELAJARAN VI
ADAB DALAM MENUNTUT  ILMU

Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Jagalah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagimu.
Wahai anakku, baca dan pahamilah dengan penuh kesungguha pelajaran yang telah maupun yang belum di bahas oleh gurumu. Bila engkau menemui kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan mendiskusikannya dengan temanmu. Dan jangan engkau alihkan ke masalah lain, sebelum tuntas masalah pertama dan dapat kau pahami dengan baik. Apabila guru telah memilihkan tempat untukmu, jangan engkau pindah ketempat lain. Bila salah seorang  teman kamu hendak menempati tempat dudukmu, janganlah kamu bertengkar atau mengganggunya, tetapi kemukakan kepada gurumu agar beliau memberimu tempat duduk tertentu.
Wahai anakku, bila gurumu telah memulai pelajaran, jangan engkau larut dalam pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap pembicaraan gurumu dengan penuh kesungguhan. Jangan engkau melamun ditengah-tengah  pelajaran. Bila engkau menemui kesulitan, mintalah kepada gurumu dengan sopan untuk mengulangi menerangkan sekali lagi. Jangan engkau melantangkan suara di hadapan gurumu dan jangan engkau bantah penjelasan gurumu, sehingga dia tidak menyukaimu.
Wahai anakku, bila seorang murid telah melanggar adab dihadapan guru dan teman-temannya, maka wajiblah dididik untuk beradab yang baik karena belum memahami masalah adab.
Wahai anakku, bila engkau tidak memuliakan gurumu lebih dari orang tuamu, maka engkau tidak mendapatkan manfaat dari ilmu yang di ajarkannya.
Wahai anakku, tawadlu (merendahkan hati) dan akhlak yang baik itu adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa tawadlu karena Allah, akan di angkatlah derajatnya. Allah  akan menjadikan seluruh makhluk-Nya cinta dan hormat kepadanya. Barang siapa takabur dan berakhlak tercela maka jatuhlah martabatnya. Allah akan menjadikan seluruh makhluk membenci dirinya, dan tidak mungkin ada orang yang menghormati, memuliakan dan menyayanginya.
Wahai anakku, tidak ada sesuatu yang lebih  berbahaya bagi pelajar dari pada kemarahan guru dan ulama, karena itu, takutlah anakku, jangan sampai engkau membuat kemarahan pendidikmu atau menunjukkan akhlak tercela dihadapannya. Terimalah anakku nasihatku ini! Carilah keridlaan guru-gurumu, mintalah do’a mereka agar engkau mudah dalam belajar. Semoga Allah mengabulkan do’a guru-gurumu sehingga tercapai cita-citamu. Apabila engkau sedang menyepi seorang diri, perbanyaklah munajat(berdialog) dan tawakal (berserah diri) kepada Allah, semoga Allah memberimu ilmu pengetahuan yang luas dan bermanfaat dengan mengamalkan ilmu tersebut. Sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar dan mengabulkan segala do’a, yang luas Anugerah dan Kemuliaannya.


PELAJARAN VII
ADAB BELAJAR, MENGKAJI ULANG DAN DISKUSI

Wahai anakku, apabila engkau menghendaki kebaikan atas dirimu, maka ajaklah beberapa orang teman sekolahmu untuk muthala’ah (belajar) bersama, mungkin temanmu dapat menolongmu dalam memahami sesuatu. Bila engkau telah memahami pelajaranmu, jangan kau tinggalkan begitu saja buku pelajaranmu. Tetaplah belajar bersama dengan teman-temanmu seperti engkau sedang menghadapi pelajaran dihadapan para didikmu.
Wahyai anakku, berlaku sopanlah terhadap temanmu dalam belajar. Bila engkau lebih cepat memahami masalah, jangan sekali-kali engkau menghina temanmu (baik dengan kata-kata atau perbuatan) dengan menunjukkan kebolehanmu dalam membahas atau memahami suatu masalah.
Wahai anakku, jauhkan dirimu dari berdebat (mujadalah) dan bersitegang dalam perkara yang batil (salah). Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu adalah amanah dan barang siapa menggunakan ilmu pengetahuan ke arah kebathilan, berarti dia menyia-nyiakan amanah dari Allah SWT.
Wahai anakku, perbanyaklah mudzakarah (mengkaji ulang) berbagai pelajaran yang telah engkau dapatkan. Sesungguhnya petaka (afat) bagi ilmu pengetahuan adalah lupa. Ketahuilah!, sesungguhnya engkau adalah orang yang terpandang di masyarakat, tentu akan datang ujian bagi setiap ilmu pengetahuan yang engkau miliki. Orang yang dapat mengatasi ujian itu, akan mendapat kedudukan mulia, sebaliknya masyarakat akan mencelanya bila dia tidak berhasil mengatasi dengan baik. Dengan demikian akan terlihat kesungguhan orang  tersebut dalam belajar.
Wahai anakku, hindari olehmu, jangan sampai mdzakarahmu hanya menghafal kata-kata tanpa tahu arti dan maknanya. Berusahalah untuk mengerti arti dan maksud yang terkandung didalamnya untuk kemudian kau tanamkan dalam hati. Karena ilmu pengetahuan itu adalah sesuatu yang engkau fahami, bukan sesuau yang engkau hafal.
Wahai anakku, bila engkau dan temen-temanmu berkumpul untuk berdiskusj dan saling mengemukakan pandapat dalam berbagai masalah, jangan sekali-kali engkau memutus pembicaraan seseorang yang sedang mengajukan argumentasinya, dan jangan engkau tergsa-gesa menjawab masalah sebelum jelas duduk persoalanya. Jangan sekali-kali engkau membantah suatu masalah tanpa alasan kuat, dan jangan engkau memperdebat permasalahan dengan yang tidak haq (benar). Jangan  menunjukkan kemuliaan pribadi (pangkat, titel, dsb.) kepada lawan bicaramu. Jangan meninggalkan ruang munadharah (diskusi) sebelum diskusi selesai, hanya karena kalah bicara dan jangan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati lawan bicaramu, serta menyalahkannya bila memberi jawaban yang kurang tepat (jangan sombong bila menang dan jangan putus asa bila kalah, itulah watak ilmuwan).
Wahai anakku, munadharah (diskusi ) sesama  pelajar dalam membahas masalah ilmiyah, banyak membawa manfaat, diantaranya: memperkuat pengertian, memperlancar pembicaraan, membantu mengambil i’tibar (pelajaran ) dari suatu masalah dalam menambah keberanian diri. Tetapi wahai anakku, semua itu tidak akan memberi manfaat atas dirimu baik dalam pandangan Allah ataupun umat manusia, kecuali bila engkau memiliki adab yang mulia, menjahui kat-kata yang tak layak diucapkan dan bicaralah dengan perkataan yang haq sekalipun terhadap dirimu sendiri. Janganlah engkau takut pada celaan orang, selam engkau berpijak pada AL-Haq.


PELAJARAN VIII
ADAB OLAH RAGA DAN BERJALAN DI JALAN UMUM

Wahai anakku, peliharalah kesehatanmu dengan berolah raga diwaktu senggang, sehingga akan pulih kembali semangatmu yang telah pudar dalam menuntut ilmu. Bila engkau hendak berolah raga pilihlah waktu yang udaranya masih sejuk (belum terlalu bayak populasi), yaitu pagi hari. Berjalanlah dengan tenang (menjaga tata tertib lalu lintas), jangan tergesa-gesa, jangan dorong-mendorong dengan teman (sambil bermain-main) dan janganlan tertawa terbahak-bahak.
Wahai anakku, bila engkau berolah raga atau berjalan bersama-sama teman-temanmu, janganlah memenuhi  jalan umum  sehingga mengganggu  orang  yang hendak lewat. Dan jangan berjajar dijalan umum. Apabila jalan yang kalian lewati itu lebar, berjalanlah dua-dua, bila jalan itu sempit, berjalanlah satu persatu.
Wahai anakku sesungguhya jalan umum itu bukan milik seseorang, tetapi setiap orang yang lewat berhak atas  jalan  itu. Karena itu jangan sekali-kali kalian memenuhi jalan umum sambil bergurau, hal demikian tidak patut dilakukan oleh kaum terpelajar, yang akan menjatuhkan martabat mereka dimata masyarakat.
Wahai anakku, bila engkau melihat ditengah jalan ada sekelompok orang yang berjalan sambil bergurau hendaklah kamu tidak ikut terpancing atau mendekati mereka, sebab kemungkinan besar hal tersebut  menjaga peyebab kehinaanmu atau kamu dituduh melakukan sesuatu yang tidak kamu lakukan.
Wahai anakku, janganlah engkau terpancing bila ada seseorang yang mengganggumu ditengah keramaian, maafkanlan orang yang menggangumu, tentu Allah akan mengangkat martabatmu: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan serupa. maka barang siap memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah.” (QS. Asy-Syuura: 40)
Dengan aklak seperti inilah Allah SWT. telah mendidik kita melalui  kitab-nya yang mulia.
Wahai anakku, bila engkau keluar dari masjid atau rumah untuk membeli suatu kebutuhan, seperti makanan, minuman, pakaian dan sebagainya, jangan engkau dengar dan tanggapi perkataan orang-orang jahil (bodoh) yang kasar dan hina, jauhkan dirimu dari mereka. dan hindarilah tawar menawar dengan  penjual, jika engkau setuju dengah harga yang telah ditentukan, maka bayarlah. Jika tidak, tinggalkanlah dengan sopan. Jangan engkau tawar suatu barang jika tidak bermaksud membelinya. karena hal itu akan membuat mereka mengucapkan perkataan yang hina.
Wahai anakku, bila engkau berbicara dengan seseorang jangan engkau keraskan suaramu melebihi suara teman bicaramu. Jadilah engkau seorang yang halus dan sopan dalam pembicaraan. Jangan engkau bicara dengan kata-kata yang menjatuhkan martabatmu dihadapan teman bicaramu, walaupun orang itu sebaya dan setaraf denganmu dalam usia atau kedudukan. Bila ada orang yang bicara denganmu, dengarkan baik-baik, dan jangan engkau menanggapinya dengan keras dan kasar:
”Pergaulilah umat manusia itu dengan akhlaq yang baik.” (Hadits syarif, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim dan Abu Dzar. Imam Ahmad dan Tirmidzi Meriwayatkan dari Mu’adz RA.).



PELAJARAN IX
ADAB MAJELIS DAN KULIAH

Wahai  anakku, bila  kamu  melewati  sekelompok  orang, ucapkanlah  salam kepada  mereka   dengan  ucapan  salam  yang    sesuai  dengan  sunnah  Rasul, yaitu:“Assalamu’alaikum“ (semoga  keselamatan dicurahkan pada  kalian). Dan jangan engkau ganti ucapan salam itu dengan salam yang tidak ada tuntutan dari Rasulullah saw. Janganlah engkau memasuki ruangan  kecuali  setelah  meminta  izin. Mungkin mereka yang dalam ruangan sedang membicarakan suatu perkara yang tidak boleh di dengar orang lain selain mereka. Jauhui pula olehmu sifat kekanak-kanakan, karena sifat itu sangat mempengaruhi wibawa, sekalipun yang melakukannya adalah orang yang terpandang saat itu.
Wahai  anakku, berkacalah pada dirimu sendiri bila engkau melakukan sesuatu yang engkau tidak suka perbuatanmu itu diketahui orang selain dirimu, kemudian ada seseorang yang tidak engkau kehendaki memasuki kamarmu dan melihat apa yang kau lakukan. Bukanlah engkau merasa kesal dan engkau menghedaki orang tersebut pergi? Seperti itulah perasaan sekelompok orang yang sedang mengadakan pertemuan, bila engkau masuk tanpa izin sebelumnya, dan tentu merekapun tidak menyukai kehadiranmu ketengah-tengah mereka.
Wahai anakku, bila engkau diundang menghadiri suatu majelis (pertemuan), sedang engkau termasuk orang yang berusia muda diantara yang hadir, jangan engkau duduk sebelum engkau  dipersilahkan. Bila engkau duduk, janganlah mendesak orang yang lebih dahulu duduk, atau janga sekali-kali mengusir seseorang dari tempatnya, kecuali dia mempersilahkanmu menepati kursinya. Bila engkau duduk disuatu tempat, kemudian datang orang yang lebih patut menepatinya, persilahkanlah dengan sopan untuk menduduki tempat tersebut. Bila semua itu engkau lakukan dengan i’tikat yang baik dan penuh keihlasan, maka kemuliaanmu  di mata masyarakat akan bertambah.
Wahai  anakku, bila engkau berada dalam suatu pertemuan, jangan engkau mendahului membuka pembicaraan dengan orang yang lebih utama darimu. Bila engkau berbicara, hendaklah hanya yang haq dan jangan engkau melebih-lebihkan pembicaraan. Sanggahlah perkataan orang lain dengan adab yang baik. Hindarilah tertawa terbahak-bahak dalam ruang pertemuan, karena hal itu termasuk adab yang rendah dan perbuatan yang hina dalam pandangan orang. Dan banyak tertawa itu dapat menghilangkan kemuliaan, dan menyebabkan hati orang yang  mendengar bosan terhadapmu.
Wahai  anakku, janganlah engkau berteman, kecuali dengan orang yang wara’(dalam ilmunya), orang yang mulia, orang yang ‘iffah (menjaga diri dari sesuatu yang haram) dan yang sempurna akhlaqnya. Jangan berteman dengan pengumpat dan pengadu domba atau dengan orang-orang fasik dan orang-orang yang berebihan dalam ucapan dan perbuatan. Jauhi olehmu berteman dengan orang-orang yang berakhlaq rendah, suka mengada-ngada, munafik dan sejenisnyab, sebab akhlaq yang rendah  akan berpengaruh terhadap orang lain seperti api yang membakar  kayu sedikit-sedikit sampai akhirnya habis (akhlak yang tercelapun sedikit demi sedikit akan mempengaruhi untuk kemudian memusnahkan akhlak mulia).


PELAJARAN X
ADAB MAKAN DAN MINUM

Wahai anakku, bila engkau ingin hidup sehat lahir bathin, terhindar dari segala penyakit, janganlah engkau mengisi perutmu dengan sembarang makanan. Makanlah ketika engkau merasa lapar dan berhentilah sebelum terlampau kenyang karena Rasulullah saw. Telah bersabda: “Tidaklah anak Adam (manusia) memenuhi suatu wadah itu lebih jelek dari pada memenuhi wadah makannya (perutnya).” (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim dari Miqdah bin Ma’dikariba).
Wahai anakku, bila engkau hendak makan, cucilah dahulu tanganmu, bacalah“Bismillah” diawali makanmu. Jangan engkau  telan makanmu sebelum mengunyahnya sehingga lunak, karena hal itu menolong pencernaan makanan, dan makanlah yang terdekat denganmu, jangan mengulurkan tangan untuk mengambil makanan yang jauh darimu, karena yang demikian itu adalah perbuatan yang tercela.
Wahai anakku, janganlah engkau melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh orang  yang berakhlak tercela dan hina di mata manusia, yaitu jangan engkau makan di tengah pasar atau makan sambil berjalan sekalipun hanya makanan ringan. Karena yang demikian itu menghilangkan sifat wara’ (dalam  ilmunya) dan membuat dirinya terhina.
Wahai anakku, jauhilah sjfat bakhil (kikir), dan serakah. Bila engkau duduk untuk makan, sedang disisimu ada orang, baik  sudah kenal atau belum, ajaklah dia makan bersamamu, bila makananmu tersisa, sedekahkanlah pada fakir miskin. Dan janganlah engkau malu dengan memberikan sedekah yang sedikit itu, karena sedikit itu (sekalipun sedikit) sangat berarti bagi fakir miskin. Dan bila engkau memberikan sedekah pada seorang fakir, jangan sekali-kali engkau sertakan hina yang ditunjukkan padanya, jangan engkau ikuti sedekahmu dengan kata-kata yang menyakitkan hati orang yang engkau beri sedekah: “Ucapan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada sedekah yang diiringi dengan seuatu yang menyakitkan hati si penerima.” (QS. Al-Baqarah: 263)
Oleh karena itu, peliharalah sedekahmu jangan sampai diketahui orang lain, karena sesungguhnya sedekah sirri (secara rahasia)  itu memadamkan kemurkaan Allah swt.
“Sesungguhnya sedekah secara rahasia itu dapat menghapus  kemurkaan Allah swt.” (Hadits Riwayat Thabrani, dalam Kitab “Mu’jamul-Kaibil” dari Muawiyah bin Haidah)
Wahai anakku, jangan engkau makan dan minum dengan alat makan minum yang kotor, karena hal itu akan mendatangkan penyakit bagi dirimu, yang mungkin akan sulit disembuhkan. Dan minumlah air yang bersih, bila hendak minum, bacalah “Bismillah”. Jangan engkau minum sekaligus segelas air, minumlah sedikit demi sedikit, sebaiknya satu gelas diulang tiga kali yang setiap kalinya dipisahkan dengan bacaan “Bismillah”. Bila engkau telah selesai makan dan minum, bacalah “Alhamdulillah” (segala Puji milik Allah) yang telah memberimu makan dan minum. Bersyukulah atas nikmat yang telah dikaruniakan-Nya padamu, yang tidak terhitung banyaknya. Sesungguhnya Allah-lah yang memberimu petunjuk dan pertolongan.


0 komentar: